Banjir Bandang Tapanuli Tengah: 110 Warga Meninggal, 94 Masih Hilang, 296.454 Warga Terdampak

Bagikan Artikel

Tapteng, Bonarinews.com — Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah merilis pembaruan data bencana banjir bandang dan longsor yang melanda wilayah itu pada Senin, 8 Desember 2025, pukul 08.00 WIB. Data terbaru menunjukkan betapa luas dan beratnya dampak bencana yang menghantam hampir seluruh pesisir barat Sumatera Utara tersebut.

Hingga pagi ini, jumlah warga terdampak mencapai 296.454 jiwa. Pemerintah daerah mencatat 110 orang meninggal, 524 luka-luka, dan 94 orang masih dalam pencarian. Sementara itu, 18.331 penduduk mengungsi ke puluhan lokasi penampungan yang tersebar di sejumlah kecamatan.

Kecamatan Pandan dan Tukka menjadi dua wilayah dengan korban terbesar. Di Pandan, 25 orang dilaporkan meninggal, dua luka, satu masih dicari, serta 1.364 warga terpaksa mengungsi. Kondisi serupa terjadi di Tukka, yang mencatat 25 korban meninggal, 505 luka, dan 59 orang masih belum ditemukan. Sebanyak 786 warga mengungsi dari daerah ini.

Di Badiri, pemerintah mencatat 12 korban meninggal dan 2.250 warga meninggalkan rumah. Kecamatan Sarudik mengalami dampak meluas dengan empat korban meninggal dan lebih dari 22 ribu penduduk terdampak.

Sejumlah kecamatan lain—Tapian Nauli, Pinangsori, Sibabangun, Suka Bangun, Andam Dewi, Manduamas, Sorkam Barat, hingga Barus—juga mengalami kerusakan dan pengungsian, meski tanpa laporan korban jiwa di bagian wilayah tersebut.

Dari keseluruhan 20 kecamatan yang terdampak, pola kerusakan menunjukkan bencana ini bukan hanya merusak infrastruktur, tetapi juga mengguncang pusat-pusat permukiman dan jalur transportasi daerah.

Pemerintah daerah menyampaikan satu klarifikasi tambahan: An Marahalimm Seregar, sebelumnya masuk dalam daftar pencarian, telah teridentifikasi meninggal dunia di Sibolga.

Upaya pencarian dan evakuasi masih berlangsung. Tim gabungan SAR, TNI–Polri, BPBD, dan relawan bekerja menyisir area terdampak yang sebagian masih sulit diakses. Pemerintah juga mempercepat pendataan kebutuhan darurat serta distribusi bantuan.

Meski penanganan darurat masih berjalan, otoritas lokal mengingatkan bahwa proses pemulihan jangka panjang akan membutuhkan waktu dan kerja lintas lembaga. Bencana ini, kata mereka, menjadi salah satu yang terbesar dalam beberapa tahun terakhir di pesisir barat Sumatera Utara. (Redaksi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *