Sikka, Bonarinews.com — Upaya pencegahan rabies di Kabupaten Sikka kembali mendapat dorongan kuat melalui kegiatan Sosialisasi Rabies bertema “Mengukuhkan Ketahanan Keluarga ASN & DWP KanKemenag Kabupaten Sikka” yang diselenggarakan Dharma Wanita Persatuan Kemenag Sikka, Jumat (5/12/2025), di Aula Kemenag Sikka.
Acara ini menghadirkan narasumber Drh. M. A. Yersi Dua Bura, M.Si, dan menjadi bagian dari rangkaian peringatan HUT ke-26 DWP.
Kemenag Sikka Tekankan Ketangguhan ASN Hadapi Ancaman Kesehatan
Kepala Kantor Kemenag Sikka, Yosef Rangga Kapodo, menyampaikan apresiasi atas inisiatif DWP yang dianggap sangat relevan dengan situasi kesehatan publik di Nusa Tenggara Timur. Menurutnya, ketahanan keluarga ASN tidak hanya dibangun melalui spiritualitas dan pendidikan, tetapi juga melalui kesiapan menghadapi risiko penyakit menular.
“ASN dan DWP harus menjadi garda terdepan dalam edukasi kesehatan. Pengetahuan tentang pencegahan rabies sangat penting untuk melindungi keluarga dan masyarakat,” tegas Kapodo.
Ia menilai sosialisasi ini sekaligus menjadi pengingat bahwa peran ASN bukan hanya memberikan pelayanan administratif, tetapi juga menjalankan tanggung jawab sosial untuk menjaga lingkungan tetap aman dari ancaman penyakit.
Data Terkini Rabies di Sikka: Risiko Masih Tinggi
Melalui materi yang dipaparkan, Drh. Yersi Bura menyampaikan bahwa rabies masih menjadi ancaman nyata di Sikka. Berdasarkan data Puskeswas Disnak Provinsi NTT, kasus positif rabies mengalami fluktuasi dalam tiga tahun terakhir:
2023
- 66 spesimen positif
- Tingkat positif: 65%
- Kecamatan tertular: 12
2024
- 41 spesimen positif
- Tingkat positif: 39%
- Kecamatan tertular: 17
2025
- 64 spesimen positif
- Tingkat positif: 15%
- Kecamatan tertular: 14
Meski persentase positif menurun pada 2025, jumlah kecamatan terdampak masih tinggi. Kondisi ini menunjukkan, kewaspadaan masyarakat harus tetap ditingkatkan, terutama dalam pengelolaan hewan peliharaan.
Rabies, Penyakit Mematikan yang Masih Diabaikan
Rabies dikenal sebagai penyakit dengan tingkat kematian mendekati 100%. Data internasional mencatat sekitar 59.000 kematian setiap tahun, dengan 99% kasus tertular melalui gigitan anjing. Di Indonesia, 98% kasus juga disebabkan oleh anjing, sisanya oleh kucing dan primata.
WOAH (Organisasi Kesehatan Hewan Dunia) menekankan pentingnya vaksinasi massal minimal 70% populasi anjing untuk memutus rantai penularan. Penanganan rabies juga harus melibatkan kolaborasi lintas sektor melalui pendekatan one health, karena dampaknya tidak hanya pada kesehatan, tetapi juga sosial dan ekonomi.
DWP: Edukasi Adalah Tanggung Jawab Bersama
Ketua DWP Kemenag Sikka menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan komitmen organisasi dalam membangun keluarga ASN yang memiliki ketahanan informasi.
“Kami ingin memastikan ibu-ibu DWP dan keluarga ASN benar-benar memahami bahaya rabies dan cara pencegahannya. Keluarga ASN harus kuat, bukan hanya secara emosional dan spiritual, tetapi juga dalam kesiapan menghadapi ancaman kesehatan,” katanya.
Ia berharap pemahaman ini dapat diteruskan kepada masyarakat, sehingga ASN dan DWP tidak hanya menjadi penerima informasi, tetapi juga penggerak utama dalam kampanye pencegahan rabies.
Mendorong Perubahan Dari Lingkup ASN
Sosialisasi Rabies oleh DWP Kemenag Sikka menjadi bukti bahwa edukasi kesehatan perlu dimulai dari lingkungan ASN sebagai kelompok yang memiliki akses pengetahuan dan kedekatan dengan masyarakat.
Dengan pemahaman yang baik, keluarga ASN diharapkan dapat berperan aktif dalam menekan risiko rabies dan mewujudkan lingkungan yang sehat serta lebih berketahanan. (FAIDIN)