Kupang, Bonarinews.com — Yayasan Kolewa Harapan Indonesia kembali menghadirkan harapan bagi anak-anak Indonesia dengan kelainan bawaan melalui acara family gathering yang berlangsung di Hotel Pantai Timor pada, Sabtu (29/11/2025). Acara ini diikuti sekitar 40 anak yang di dampingi oleh orang tuanya.
Anak yang sebelumnya pernah mendapatkan pendampingan medis dari yayasan, menjadi momen reunian bagi mereka untuk bertemu kembali dengan tim yang menanganinya sejak kecil. Yayasan Kolewa mampu mendampingi hingga lebih dari 200 anak setiap tahunnya, menyediakan layanan medis gratis, transportasi, akomodasi, dan pendampingan selama masa perawatan di Bali.
Ni Luh Juliani (Ana), Ketua Yayasan Kolewa Harapan Indonesia, menjelaskan bahwa yayasan terus menjadi harapan bagi anak-anak dengan kelainan bawaan seperti bibir sumbing, langit-langit terbelah, atresia ani, hidrosefalus, spina bifida, hingga luka bakar berat.
“Semua biaya transportasi, akomodasi rumah singgah, penjemputan, hingga pendampingan rehabilitasi kami tanggung. Khusus bibir sumbing dan langit-langit, semua gratis tanpa BPJS,” ujar Ibu Ana.
Selain bergerak di bidang kesehatan, Yayasan Kolewa juga aktif membantu warga kurang mampu melalui pembagian sembako, pendidikan literasi, pemeriksaan pendengaran, dan pemberian beasiswa bagi anak tuli serta mereka yang terdampak trauma sosial. Ibu Ana menambahkan bahwa acara family gathering menjadi momen berharga untuk menyaksikan perubahan anak-anak yang dulu ditangani sejak bayi. Kini, mereka tampil percaya diri, sehat, mampu tersenyum, dan beberapa sudah bersekolah.
Dalam sambutannya, Ibu Ana menegaskan bahwa family gathering atau acara temu keluarga ini adalah bukti bahwa perjalanan kita belum berakhir bahwa selalu ada harapan untuk masa depan yang lebih baik, lebih cerah, dan penuh impian.
“Kepada para orang tua, terima kasih telah mempercayakan anak-anak kepada kami. Kepada para relawan, dokter, dan tenaga medis, terima kasih atas cinta, waktu, tenaga, dan hati yang telah diberikan. Dan untuk adik-adik tersayang, kalian adalah alasan kami ada di sini. Hari ini kita bergembira bersama, berbagi cerita, saling menguatkan, dan merayakan perjalanan besar keluarga kita,” ujar Ibu Ana.
Ia menyoroti sejumlah tantangan yang dihadapi tim saat berusaha menjangkau anak-anak terutama anak-anak dari daerah terpencil.
“Perjalanan saat membantu anak-anak dari daerah terpencil tidak selalu mudah. Kami pernah menghadapi tantangan berat seperti medan berlumpur tanpa jalan aspal, sungai yang dipenuhi buaya, hingga perjalanan laut dengan kondisi ekstrem. Proses rujukan medis juga terkadang rumit, sementara akses transportasi masih terbatas di banyak daerah. Selain itu, tim kami juga menemukan kendala di lapangan seperti pungutan liar terhadap pasien BPJS yang seharusnya mendapatkan layanan gratis. Karena itu, kami berharap pemerintah setempat bisa lebih mempermudah kami terutama saat proses rujukan, membangun fasilitas transportasi, jembatan dan insfrastruktur lainnya sehingga bantuan bisa tersalurkan lebih cepat dan tepat sasaran, terutama didaerah terpencil.” Ujarnya.
Ausiliadora De Fatima Eko, orang tua pasien asal Kefamenanu, TTU, menceritakan pengalaman anaknya lahir dengan celah bibir. Beberapa tahun kemudian, setelah melihat postingan Kolewa Foundation di media sosial, ia langsung menghubungi yayasan, dan anaknya mulai mendapatkan pendampingan. Anak tersebut telah menjalani operasi pertama di Bali pada 2022. “Tim yayasan langsung datang ke rumah untuk melihat kondisi anak kami, dan semua kebutuhan kami ditanggung, mulai dari transportasi hingga penginapan. Mereka memperlakukan kami dengan sangat perhatian, tanpa membedakan suku atau agama. Bantuan ini sangat tepat sasaran dan membuat anak-anak di pelosok bisa tersenyum kembali,” ujar Ausiliadora.
Sebastian Persch, President Rotary Club Bali Nusa Dua, menjelaskan peran mitra internasional dalam mendukung proyek bibir sumbing bersama Kolewa Foundation. “Di Bali, Rotary Club Nusa Dua bekerja sama dengan Kolewa Foundation. Kami kemudian mempresentasikan proyek ini ke Rotary di negara lain. Yang paling penting adalah aspek kemanusiaan, dampak yang dihasilkan, dan keberlanjutan proyek. Saat ini, beberapa klub di Jerman, Amerika Serikat, dan Indonesia terlibat sebagai sponsor. Karena bibir sumbing juga faktor genetik, ke depannya pasti selalu ada kebutuhan untuk membantu anak-anak,” jelas Persch.
BPJS Kesehatan menyoroti meningkatnya biaya pelayanan kesehatan setiap tahun, terutama untuk penyakit kronis yang membutuhkan perawatan jangka panjang. Tanpa jaminan kesehatan, biaya pengobatan bisa menjadi beban berat bagi keluarga. Oleh karena itu, kepesertaan jaminan kesehatan penting untuk memastikan perlindungan dan akses layanan medis berkelanjutan.
Rangkaian kegiatan hari ini, 30 November 2025, menjadi kelanjutan dari family gathering sebelumnya. Anak-anak mengikuti terapi bicara, games, makan siang bersama, pengembalian transportasi, pembagian sertifikat peserta, dan cek out kepulangan peserta. Kegiatan ini sekaligus menjadi penutup rangkaian acara yang berlangsung selama dua hari, dari 29 hingga 30 November, dengan tetap menjaga keceriaan dan kebersamaan anak-anak dan keluarga.
Yayasan Kolewa Harapan Indonesia adalah mitra lokal dari Stichting Kolewa di Belanda yang fokus membantu anak-anak dan remaja kurang mampu, terutama dari daerah terpencil, mendapatkan layanan medis dan pendidikan. Yayasan ini menangani kasus bibir sumbing, celah langit-langit, gangguan pendengaran, cacat fisik bawaan atau akibat cedera, serta memberikan akses pendidikan dan air bersih, sehingga penerima bantuan dapat tumbuh normal seperti anak-anak lain. (Redaksi)